Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi mengumumkan kebijakan baru yang membebaskan berbagai produk teknologi—seperti smartphone, chip semikonduktor, dan perangkat elektronik lainnya—dari tarif tinggi impor asal China.
Kebijakan ini disambut positif oleh para pelaku industri dan investor, termasuk perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Microsoft, dan Nvidia, yang sebelumnya khawatir akan lonjakan biaya produksi dan harga jual.
Dampak Positif bagi Industri Teknologi
Menurut laporan BBC pada Minggu (13/4/2025), Bea Cukai dan Patroli Perbatasan AS menyatakan bahwa produk elektronik kini tidak lagi dikenakan tarif global sebesar 10% dan tarif khusus terhadap produk China yang sebelumnya bisa mencapai hingga 125%.
Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Presiden Trump saat berada di Air Force One, dalam perjalanannya menuju Miami, Sabtu malam waktu setempat.
“Kami akan sangat spesifik,” ujar Trump. “Tetapi kami menerima banyak uang. Sebagai sebuah negara, kami menerima banyak uang.”
Mulai berlaku pada 5 April 2025, kebijakan ini mencakup produk-produk penting dalam industri teknologi, termasuk:
- Chip semikonduktor
- Ponsel pintar
- Panel surya
- Kartu memori
Mayoritas produk tersebut diproduksi di China dan memainkan peran penting dalam rantai pasok global.
Apple hingga Nvidia Bisa Bernapas Lega?
Sejumlah analis menilai keputusan ini sebagai “angin segar” bagi sektor teknologi. Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, menyebut kebijakan ini sebagai game changer.
“Ponsel pintar dan chip yang dikecualikan merupakan skenario pengubah permainan dalam hal tarif China,” tulis Ives di akun X miliknya.
Namun, pihak Gedung Putih menegaskan bahwa kebijakan ini bukan berarti melemahkan semangat kemandirian teknologi nasional. Menurut Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih:
“Presiden Trump menegaskan bahwa Amerika tidak bisa terus bergantung pada China dalam memproduksi teknologi penting seperti chip, smartphone, dan laptop.”
Perusahaan-perusahaan teknologi pun didorong untuk mulai memindahkan lini produksinya ke dalam negeri.
Apple Kucurkan Investasi Baru Senilai Rp 1.681 Triliun di China
Meskipun ada tekanan untuk mendiversifikasi rantai pasok, China tetap menjadi pusat produksi utama bagi Apple. Sejak 2016, Apple diperkirakan telah menggelontorkan ratusan miliar dolar AS di negara tersebut.
Berdasarkan laporan China Daily pada Jumat (11/4/2025), Apple baru saja menginvestasikan 720 juta yuan (sekitar USD 99 juta atau Rp 1,681 triliun) untuk memperluas produksi energi bersih di China. Langkah ini bagian dari komitmen perusahaan untuk mengubah rantai pasok globalnya menjadi 100% energi terbarukan pada tahun 2030.
Kemitraan Erat Apple dengan Pemasok Lokal China
Investasi Apple di China juga melibatkan kerja sama jangka panjang dengan ratusan pemasok lokal. Dalam beberapa tahun terakhir, Apple telah mengalokasikan dana puluhan miliar dolar AS untuk mengembangkan manufaktur pintar dan ramah lingkungan.
Sebagian besar produksi produk Apple—seperti iPhone dan MacBook—ditangani oleh perusahaan manufaktur kontrak asal Taiwan, seperti Foxconn dan Pegatron, yang memiliki pabrik besar di Shenzhen, Zhengzhou, dan kota-kota lainnya di China.
Bahkan, menurut Times of India, sebagian kepemilikan pabrik Pegatron di Kunshan kini telah diakuisisi oleh Luxshare, salah satu pemasok utama Apple asal China—menunjukkan betapa dinamisnya rantai pasokan Apple di wilayah tersebut.