Recent Technology โ€“ Bukalapak resmi mengumumkan penutupan layanan marketplace-nya pada Selasa, 7 Januari 2025. Keputusan ini menandai akhir perjalanan 15 tahun Bukalapak sebagai platform e-commerce yang telah membantu jutaan pelapak menjual berbagai produk fisik seperti gadget, elektronik, dan busana. Penutupan ini terjadi seiring dengan perubahan fokus bisnis Bukalapak yang kini beralih sepenuhnya ke produk dan layanan digital, seperti pulsa prabayar, token listrik, dan berbagai layanan digital lainnya.

Awal Mula Berdirinya Bukalapak

Bukalapak didirikan pada 10 Januari 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid dengan tujuan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia melalui teknologi. Pada awalnya, platform ini menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk memasarkan produk mereka secara online, sekaligus memberikan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk berbelanja dengan cara yang lebih praktis.

Pada masa awal berdirinya, Bukalapak menargetkan pelapak dari kalangan pengusaha kecil seperti pedagang warung, penjual kerajinan, hingga pelaku usaha rumahan. Bukalapak memiliki identitas sebagai “pasarnya pelapak kecil” yang fokus pada pemberdayaan bisnis rakyat, berbeda dengan marketplace besar lainnya yang lebih berorientasi pada brand dan produk skala besar. Inovasi ini mendapat sambutan positif dan Bukalapak dengan cepat berkembang menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia.

Struktur Organisasi Awal Bukalapak

Pada awal berdirinya, struktur kepemimpinan Bukalapak sangat bergantung pada ketiga pendirinya.

  • Achmad Zaky menjabat sebagai CEO yang memimpin arah strategis perusahaan, termasuk mendorong inovasi platform dan pengembangan bisnis Bukalapak.
  • Nugroho Herucahyono berperan sebagai CTO (Chief Technology Officer), yang bertanggung jawab atas pengembangan teknologi dan infrastruktur.
  • Fajrin Rasyid memegang posisi CFO (Chief Financial Officer), yang mengelola aspek keuangan dan strategi bisnis perusahaan.

Perubahan Kepemimpinan dan Restrukturisasi (2019โ€“2020)

Pada akhir 2019, Achmad Zaky mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi CEO, yang diikuti dengan pengunduran diri Nugroho Herucahyono sebagai CTO. Keduanya kemudian mendirikan sebuah venture fund yang berfokus pada pendanaan startup tahap awal. Pada Januari 2020, posisi CEO Bukalapak diisi oleh Rachmat Kaimuddin, seorang profesional dengan latar belakang di sektor perbankan.

Tak lama setelah itu, Fajrin Rasyid juga meninggalkan Bukalapak dan bergabung dengan Telkom Indonesia. Di bawah kepemimpinan Rachmat Kaimuddin, Bukalapak menjalani fase restrukturisasi besar-besaran untuk meningkatkan efisiensi operasional. Restrukturisasi ini termasuk pemutusan hubungan kerja di beberapa divisi dan juga dilanjutkan dengan langkah IPO pada Agustus 2021.

IPO Bukalapak: Menjadi Startup Unicorn Pertama yang Go Public

Pada 6 Agustus 2021, Bukalapak berhasil melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia, yang mencatatkan nilai fantastis mencapai Rp 21,9 triliun. Bukalapak menjadi startup unicorn pertama yang terdaftar di BEI dan salah satu IPO terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia. Proses IPO tersebut dimulai dengan masa penawaran saham pada akhir Juli 2021, dan Bukalapak menawarkan 25,7 miliar lembar saham atau sekitar 25 persen dari total modal ditempatkan. IPO ini menandai transisi Bukalapak dari startup ke perusahaan publik.

Kepemimpinan Baru dan Restrukturisasi Lanjutan (2021-2022)

Pada akhir Desember 2021, Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO dan bergabung dengan pemerintahan. Posisi CEO kemudian diisi oleh Willix Halim, yang sebelumnya menjabat sebagai COO sejak 2016. Pergantian kepemimpinan ini terjadi pada Februari 2022 setelah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Willix Halim, dengan latar belakang teknologi dan data, diharapkan dapat membawa Bukalapak fokus pada pengembangan teknologi dan layanan digital.

Perubahan Strategi dan Fokus Baru: Dari Marketplace ke Layanan Digital

Namun, seiring dengan perkembangan industri e-commerce yang semakin kompetitif, Bukalapak mulai mengubah fokus bisnisnya. Pada 7 Januari 2025, Bukalapak mengumumkan penutupan layanan marketplace yang telah menjadi bagian dari identitas mereka selama 15 tahun. Keputusan ini dibuat untuk mengalihkan fokus perusahaan pada penjualan produk virtual dan layanan digital lainnya.

Berikut adalah layanan digital utama yang kini menjadi fokus Bukalapak:

  • Pulsa dan Paket Data
  • Token dan Tagihan Listrik
  • Pembayaran Angsuran Kredit
  • BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
  • Air PDAM, Telkom TV Kabel, Internet
  • Pajak PBB dan Penerimaan Negara
  • Voucher Streaming
  • Bayar Denda Tilang
  • Layanan Investasi dan Emas Digital

Proses Penutupan Marketplace Bukalapak

Untuk memudahkan transisi bagi para pelapak dan konsumen, Bukalapak memberikan waktu hingga 9 Februari 2025 bagi pengguna untuk menyelesaikan pemesanan produk fisik. Berikut adalah timeline penutupan layanan marketplace Bukalapak:

  • 27 Desember 2024: Pengumuman resmi penutupan layanan marketplace
  • 1 Februari 2025: Nonaktifnya fitur penambahan produk baru
  • 9 Februari 2025: Batas akhir pemesanan produk fisik
  • 2 Maret 2025: Pembatalan otomatis untuk pesanan yang belum diproses dan pengembalian dana melalui BukaDompet

Bukalapak juga memberikan panduan bagi pelapak untuk menarik saldo, mengembalikan dana, serta mengunduh data transaksi dan riwayat penjualan mereka.

Penutupan Marketplace: Menandai Akhir dari Sebuah Era

Penutupan marketplace Bukalapak mengakhiri sebuah era dalam perjalanan panjang perusahaan ini. Meski begitu, Bukalapak tetap berkomitmen untuk beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang. Perusahaan ini berharap dapat tetap relevan dengan berfokus pada layanan digital yang semakin dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.

Dalam pernyataan resmi mereka, Bukalapak menyampaikan terima kasih kepada seluruh pelapak dan pelanggan yang telah menjadi bagian dari perjalanan perusahaan selama 15 tahun terakhir. Perusahaan juga berkomitmen untuk memastikan proses transisi berjalan lancar dan minim gangguan bagi seluruh pengguna platform.